Friday 24 May 2013

Membongkar Logika Akuntansi Yang Kurang Logis: Resensi atas Buku Reformasi Akuntansi



Bloomfield pernah mengemukakan akuntansi sebagai bahasa bisnis. Informasi yang disampaikan oleh akuntansi sebenarnya dapat diurai mulai dari bagian terbesar hingga bagian-bagian terkecil yang menyusunnya. Laporan keuangan terdiri dari komponen aset, utang, ekuitas, pendapatan dan biaya. Komponen ini dapat diuraikan lagi menjadi akun-akun dan sub akun, dan selanjutnya terurai lagi menjadi mekanisme debet dan kredit. Melalui pemrosesan pembukuan seperti jurnal, buku besar, kertas kerja, komponen-komponen ini disusun hingga pada akhirnya menghasilkan laporan keuangan. Pemahaman atas komponen-komponen dalam akuntansi ini menjadi sangat penting. Penelitian-penelitian akuntansi masa kini sebagian besar hanya terfokus pada dampak dari informasi akuntansi terhadap investor. Penelitian yang berkaitan dengan konsep dasar akuntansi itu sendiri sudah lama ditinggalkan di jurnal-jurnal terkemuka, karena pemahaman ini dianggap sudah mapan. Benarkah demikian ? Sebagai orang-orang yang pernah mempelajari akuntansi, pernahkah kita bertanya, logika seperti apa yang ada di dalam persamaan akuntansi, dan bagaimanakah sebenarnya menjelaskan mekanisme debet kredit secara lebih logis. Hal ini sebenarnya menjadi introspeksi bagi individu-individu yang berkecimpung dalam dunia akuntansi. Tidak jarang bahkan pakar-pakar akuntansi yang berbicara melangit tentang akuntansi namun tidak dapat menjelaskan secara logis tentang logika dasar akuntansi. Sony Warsono, MAFIS., PhD. dalam bukunya yang berjudul Reformasi Akuntansi: Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi berusaha menguraikan secara gamblang mengenai kekurangjelasan atas pemahaman dasar akuntansi dengan menggunakan basis pemikiran matematis.
Ide dasar untuk mereformasi pemahaman akuntansi yang bersifat bounded rationality ini sebelumnya sudah dipaparkan pada sejumlah artikel-artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan pada beberapa seminar dan konferensi akuntansi internasional, hingga pada akhirnya di awal tahun 2010, ide-ide ini dikumpulkan menjadi sebentuk buku yang dapat membuka cakrawala berfikir kita lebih luas, kritis dan logis tentang akuntansi. Paparan penting yang dikemukakan dalam buku ini antara lain mengenai pemahaman logis atas mekanisme debet kredit, persamaan dasar akuntansi, akun, dan dilanjutkan dengan dampaknya terhadap definisi-definisi elemen laporan keuangan, penyusunan standar serta pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan.
Mekanisme debet dan kredit merupakan “sel” yang menjadi dasar terciptanya informasi akuntansi. Meskipun mekanisme ini sangat penting, namun demikian tidak ada buku teks akuntansi yang memberikan pemahaman secara logis atas mekanisme ini. Padahal di di akhir abad ke 19, beberapa filosof dan ilmuwan seperti Johann Wolfgang von Goethe mengatakan pembukuan yang merupakan bagian dari akuntansi sebagai satu penemuan paling fair dalam sejarah pemikiran manusia, sementara itu Sir George Cayley mengatakan pembukuan merupakan satu dari dua pengetahuan yang sempurna.
Pemahaman atas debet dan kredit dalam akuntansi dianggap oleh sebagian pakar akuntansi sebagai pengetahuan yang remeh temeh dan tidak perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Beberapa literatur akuntansi ada yang menyatakan bahwa mekanisme debet dan kredit adalah kesepakatan, dogmatis dan ada juga yang mengatakan hanya sekedar untuk membedakan antara penambahan dan pengurangan, serta yang paling parah adalah menyatakan debet dan kredit sebagai pembeda antara sisi kiri dan kanan. Sebagai bagian terkecil atau “sel” yang menyusun informasi akuntansi, tentunya pemahaman yang salah dan tidak logis atas mekanisme debet dan kredit akan mempengaruhi penyusunan standar dan informasi akuntansi. Melalui logika matematika, mekanisme debet dan kredit sebenarnya dapat dijelaskan secara lebih logis.
Mekanisme debet dan kredit memiliki hubungan yang erat dengan persamaan dasar akuntansi. “Aset = Utang + Ekuitas” merupakan persamaan dasar akuntansi. Persamaan ini dapat dikembangkan lagi menjadi “Aset = Utang + Ekuitas + Pendapatan – Biaya” ( A = U + E + P – B ). Persamaan ini sebenarnya berakar dari konsep “penggunaan dana (use of fund) = sumber dana (source of fund)” Jika konsep ini dikuantifikasi, hukum matematika akan berlaku secara penuh, sehingga persamaan “A = U + E + P – B” juga harus dapat dijelaskan dengan hukum-hukum matematika seperti hukum asosiatif dalam penjumlahan. Yang menjadi pertanyaan sekarang, pernahkah kita sebagai orang-orang yang pernah belajar akuntansi menemukan literatur yang menuliskan persamaan di atas menjadi “A + B = U + E + P” ?. Secara matematika boleh, namun secara akuntansi makruh. Tentunya hal ini menjadi suatu hal yang kurang logis. Meskipun tampak sederhana, namun jika dijelaskan secara rasional perubahan posisi aset dan biaya pada posisi use of fund, akan menimbulkan dampak yang luar biasa. Melalui penggunaan rasionalitas matematika dan kelima elemen dalam persamaan akuntansi tersebut, ada 15 tipe transaksi yang dapat dirumuskan, dan beberapa diantaranya barangkali belum pernah terpikirkan dan dibahas dalam buku-buku teks akuntansi. Rasionalitas matematika juga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi definisi-definisi elemen-elemen dalam laporan keuangan sehingga konsistensinya lebih terjaga.
Pada beberapa bagian dalam buku ini juga dibahas mengenai rasionalitas terbelenggu (bounded rationality) dalam pengembangan akuntansi, diantaranya pada penyusunan standar terutama pendefinisian elemen laporan keuangan yang didalamnya belum mencakup transaksi-transaksi yang mungkin terjadi dan melibatkan elemen tersebut. Pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan juga tak luput dari bahasan penulis. Artikulasi laporan keuangan menghendaki elemen-elemen dalam laporan keuangan yaitu neraca dan laba rugi dapat didefinisikan secara matematis, sehingga untuk menyusun laporan keuangan terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan neraca dan pendekatan laba rugi. Namun demikian pemilihan dari salah satu pendekatan tersebut hanya akan menimbulkan masalah atas informasi keuangan yang disajikan. Solusi yang ditawarkan dalam buku ini adalah melalui pendekatan artikulasi yang disempurnakan melalui rasionalitas matematika dan pendekatan sistem.
Pada bagian akhir buku ini, penulis berupaya memberikan pemahaman bahwa penggunaan logika matematis dalam akuntansi bermanfaat untuk mengeliminasi rasionalitas terbelenggu dalam pengembangan akuntansi. Melalui logika matematika, akuntansi seharusnya tidak hanya bermanfaat untuk menghasilkan informasi yang sifatnya backward-looking information, tetapi akuntansi juga harus dapat mengukur nilai (value) sehingga lebih bermanfaat sebagai forward-looking information. Akuntansi seharusnya dikembangkan sebagai teknologi adaptif yang didalamnya melibatkan teknologi seni, sosial dan mekanik. Perlakuan akuntansi sebagai teknologi adaptif akan menyebabkan akuntansi dapat memenuhi unsur “rasa” manusia yang dapat mengatur hubungan antar manusia sehingga kebutuhan obyektif manusia dapat terpenuhi dengan baik. Sejarah membuktikan bahwa ilmu dan pengetahuan yang didasari oleh logika matematika yang mapan seperti pada bidang keteknikan (engineering) dan komputasi berkembang sangat pesat diluar jangkauan pemikiran manusia beberapa puluh tahun yang lalu. Akankah melalui logika matematika, akuntansi dapat berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang berkembang sangat pesat dengan pemahaman yang lebih baik dan kontribusi yang nyata bagi kehidupan manusia? Temukan jawabannya dalam buku Reformasi Akuntansi: Membongkar Bounded Rationality Pengembangan Akuntansi.
Notes: Pada tanggal 22-23 Juli 2010 di FEB UGM, Buku ini akan dibahas oleh pakar-pakar Akuntansi Indonesia antara lain Prof. Zaki Baridwan, M.Sc., Ph.D; Prof. Jogiyanto Hartono, MBA., Ph.D; Prof. Slamet Sugiri, MBA., Ph.D.; Ertambang Nahartyo, M.Sc., Ph.D; Setiyono Miharjo, MBA, Ph.D; Rimawan Pradiptyo, M.Sc., Ph.D; Sony Warsono, MAFIS, Ph.D; Supriyadi, M.Sc., Ph.D; dan Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D.
Salam Reformasi Akuntansi

No comments:

Post a Comment

TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA