Friday 24 May 2013

Logika



BAB I
PENDAHULUAN

1.                       Hidup sebagai tugas
Eksistensi manusia dapat dikatakan kesatuan dalam diversitas serta diversitas dalam kesatuan. Filsuf Nietszche dan M. Heidegger berkata bahwa manusia harus memanusiakan dirinya, manusia masih harus menyesuaikan diri. Eksistensi manusia mengandung resiko tenggelam. Manusia senantiasa menghadapi bahaya ketenggelaman.
2.      Perbedaan manusia dari mahluk infrahuman
Secara fundamental, manusia mempunyai banyak kebutuhan dan juga dorongan. Di tuntut oleh berbagai kodratnya membuat manusia berbeda dari semua mahluk di dunia ini adalah inteleknya atau akal budinya. Para ilmuwan yang berpendapat bahwa alam semesta ini terjadi secara kebetulan terpaksa harus merombak pemikiran mereka setelah menemukan aktivitas serebral (aktivitas intelektual) dalam penelitian mereka. Petunjuk adanya rasionalitas membantah dengan seketika tentang hipotesis kesimpulan bahwa alam semesta terjadi dengan kebetulan. Manusia memang mempunyai aspek hewani, tetapi manusia adalah insane paling utama berkat inteleknya, rohaninya.
3.      Peranan berpikir
Intelek merupakan hal yang sangat penting. Hanya dengan pengertian manusia itu menjadi manusia. Hanya dengan pengertian manusia dapat menghayati keinsannya mengerti adalah sesuatu yang langsung menyentuh nilai harkat, martabat dan hakikat manusia. Kepentingan pengertian di katakana manusia adalah realitas rohani jasmani dalam satu kesatuan substansial, tetapi rohanilah yang merupakan dasar dan intinya, seta sumber segala kegiatan dan prinsip hidup. Berpikir lebih dalam berarti mengalami diri sendiri secara transeden, dunia material, sebagai rohani, sebagai kemungkinan luar biasa dan bukan benda.
4.      Rasional maka personal
Manusia mampu mempunyai pengertian rasional, maka juga dapat mencintai secara personal. Manusia dapat menghargai kebaikan realitas dan mau menyerahkan diri kepada beberapa realitas sepantasnya dicintai sebagai tujuan misalnya Tuhan, manusia.
5.      Dari sensitivo-rasional hingga metarasional
Manusia dapat mengerti semua realitas karena manusia sadar dan dapat mengerti. Pengertian manusia, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat bertambah dan meningkat melalui proses refleksi ( perenungan ) yang sistematis. Manusia sebagai pribadi perlu senantiasa mencari kebenaran, tetapi pada batas tertentu, manusia tidak mampu mencapai kebenaran sendirian. Manusia membutuhkan pertolongan yakni membutuhkan revelasi ( wahyu ) ilahi. Kepercayaan adalah pengertian yang metarasional atau suprarasional. Dengan iman atau kepercayaan ini, manusia memperluas pengetahuannya melalui pengetahuan lain.
6.      Pengertian sebagai pembebasan, pemerdekaan.
Pikiran manusia tidak hanya bergerak secara horisontal, tetapi juga vertical, yakni dari pengalaman sensitivo-rasional yang biasa hingga pengalaman metafisik, dari pengertian natural ke supranatural. Pengertian yang langsung secara sadar signate, sangatlah terbatas. Secara exercite pada hakikatnya, pengertian langsung tadi sangat kaya, padat dengan informasi. Lepas dari ketidaktahuan dan kebodohan adalah sesuatu yang membahagiakan. Kebenaran yang sempurna akan membebaskan manusia dari segala penderitaannya, dan membuatnya bahagia selamanya. Inilah akhir tertinggi dari manusia.
7.      Hukum pemikiran adalah hukum alami
Secara alami pemikiran ( penalaran ) manusia bergerak pengetahuan pra-predikatif menuju pengetahuan predikatif. Berpikir yang baik, yakni berpikir logis dialektis, bukan hanya mengindahkan kebenaran bentuk atau hukum-hukum, tetapi juga harus mengindahkan kebenaran materi pemikiran beserta kriterianya. Hukum-hukum tersebut diselidiki dan dirumuskan oleh logika. Sedangkan masalah kebenaran materi dan kriterianya dicari pada masing-masing bidangnya serta pada masing-masing epistemology. Orang yang mengeksplisitkan teori logika, yakni menyusun logika menurut pola yang dapat dipertanggungjawabkan adalah Aristoteles. Dialah bapak ilmu logika, logika episteme, yang di sebut logike techne, seni berlogika.
8.      Logika adalah filsafat sebagai analisis
Sudah menjadi kebiasaan logika scientifika dianggap atau ( paling sedikit ) di rasakan ( karena diperlakukan ) sebagai filsafat atau bagian filsafat. Filsafat adalah ilmu tentang prinsip, ilmu yang mempelajari dengan mempertanyakan secara radikal segala realitas melalui sebab-sebab terakhir, melalui asas-asasnya guna memperoleh pandangan ( Insight ) yang tepat mengenai realitas. Secara umum filsafat mengandung / mencakup problema neotika yang mencakup program logika dan problema epistemology (kritika, logika mayor, kriteriologi, juga methodology) serta mengandung problema ontologis dan otika. Jadi logika scientifika adalah filsafat, karena biasa disebut logika filsafati. Karena logika scientifika menguraikan pikiran hingga tuntas, sampai habis-habisan, maka logika merupakan filsafat sebagai analisis. Logika adalah analisis kritis, filosofis pikiran dan pemikiran manusia.

9.      Peranan logika bagi ilmu
Secara histories, menurut sejarahnya, yang pertama menjadi perhatian dan di garap para filsuf adalah problema tentang ada, disempitkan lagi: problema ontika. Kemudian di sadari bahwasannya akan lebih sistematis apabila ditempuh prosedur yang sebaliknya. Sebab, barang siapa bermaksud menggarap tertib riel secara intelektual pasti harus menggunakan tertib idiel, yakni harus menggunakan proses tahu dan pengetahuan. Logika scientifika adalah kondisi dan tuntutan fundamental eksistensi ilmu. Tidak ada ilmu yang tidak menggunakan atau tidak harus menempuh proses pemikiran, proses menalar, proses logika. Logika bahkan de facto merupakan pintu gerbang dari segala ilmu.
10.  John Stuart Mill: Matematika bukan pengganti logika.
John Stuart Mill yang ahli matematika menekankan bahwa matematika tidak dapat menggantikan logika dalam kemampuannya membentuk pemikir yang cermat.




BAB II
DEVINISI DAN LAPANGAN LOGIKA SCIENTIVIKA
2.1 Logika alami dan scientifika
Banyak hal yang menyebabkan kita berfikir.
Jadi, memang, tanpa logika scientifika seorang dapat dengan pasti menarik kesimpulan dan mencapai kebenaran, terutama apabila mengenai hal yang tidak sulit. Dalam kejadian seperti ini logika alami telah mencukupi.
Jadi,logika scientifika mutlak dibutuhkan untuk semakin mempelengkapi kita dalam mempertajam jiwa dan menolong meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, memetuhi penyempurnaan metodis logika alami.
2.2 Devinisi logika Scientifika
Logika scientifika adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari bentuk fikiran manusia jika dipatuhi, akan mencapai kesimpulan yang lurus.
2.3 Implikasi metafisik/epitemologi pemikiran
Segi yang mempersoalkan materi pemiliran, khususnya implikasi metafisik epistemologis materi pemikiran, amat penting untuk diperhatikan.
Seringkali tidak disadari pula bahwa begitu seorang merumuskan sesuatu, atau membuat pernyataan tertentu, sebenarnya ia telah melibatkan keputusan filsafati tertentu. Karenanya seorang pemikir, demi kecermatan pemikiranya, mutlak perlu mengidentifikasikan keputusan filsafati yang terlibat di dalam pemikiranya.
2.4 Logika scientifika dan psikologi
Logika scientifika berbeda dari psikologi. Logika mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses intelektual, sedangkan psikologi tentang aspek subjeknya, berguna juga untuk mengetahui psikologi.
2.5 Status epitemologis hukum- hukum logika
Setiap orang harus berusaha untuk tidak melanggar hukum-hukum tersebut dalam proses pemikiranya.
Di antara interprestasi normatif dan psikologis terdapat bentuk-bentuk yang merupakan usaha menjawab masalah pendasaran ciri normatif logika.
2.6 Logika dan logistika
Sistem yang bercorak matematika dirumuskan tahun 1873 ) oleh George Boole ( 1815-1864 ) dan Agustus de Morgan ( 1806-1871 ) maka munculah logika yang bernama logistika.
Logika matematika merupakan logika bentuk baru, bukan suatu logika yang baru, Prinsip logika tradisionaltetap dipertahankan.
























BAB III
SEJARAH RINGKAS LOGIKA
3.2 Dunia Yunani tua
Menurut isah sejarah Zeno dari Citium. Bahwa, tokoh stoa, adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika.
3.3 Dunia Abad Pertengahan
Pada mulanya hingga tahun 1141 , penggarapan logika hanya berkisar pada karya Aristoteles yang berjudul Kategorial dan Peri Hermenerias. Karya tersebut ditambah dengan karya Porphyrios yang bernama Eisagogen dan traktat Boethius yang mencakup masalah pembagian, maslah metode debat, silogisme kategoris hipotetis, yang yang biasa disebut logika lama.
3.4 Dunia modern
Logika Aristoteles, selain mengalami perkembanganyang murni, juga dilanjutkan oleh sebagian pemikir, tetapi dengan tekanan yang berbeda. Thomas hobes : Leviathan dan John Locke Essay Concerning Human Understanding, doktrinya sangat dikuasai paham nominalisme. Pemikiran pemikiran dipandang sebagai suatu proses mirip operasi dalam matemetika.
3.5 Dunia sezaman
Di sini tampak ada usaha seksama untuk memberi tafsiran pada bentuk yang sudah mapan (tetap) seperti tentang proposisi A (proposisi universal afirmatif), proposisi E (proposisi universal negatif) proposisi I (proposisi partikular afirmatif), proposisi O (proposisi partikular negatif).
3.6 Di India
Hanya India yang mengembagkan logika secara formal sejak dulunya.
Logika lahir karena Sri Gautama sering berdebat melawan golongan hindu fanatik yang menyerang aliran kesusilaan yang di ajarkan.
3.7 Di Indonesia
Studi dan penguasaan logika dipandang sebagai pendidikan intelektual, merupaka asasi pendidikan manusia seutuhnya.



BAB IV
KONDISI BERPIKIR BAIK
4.2 Cintailah kebenaran
Sikap ini sangat fubdamental berpikir yang baik, sebab senantiasa menggerakan si pemikir untuk meningkatkan mutu penalaranya.
Cintailah terhadap kebenaran diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, serta diwujudkan dalam kejujuran.
4.3 Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda kerjakan
Kegiatan yang sedang dikerjakan adalah kegiatan berpikir.
4.4 Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang Anda katakan
Pikiran diungkapkan dalam kata-kata.
4.5 Buatlah distingsi (pembedaan) dan pembagian (klasifikasi) yang semestinya
Jika ada dua hal yang tidak mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian dimana dua hal mempunyai bentuk sama, namun tidak identik.
4.6 Cintailah definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai ungkapan sesuatu. Mka jangan segan membuat devinisi.
Devinisi artinya pembatasan/ membuat jelas batas sesuatu.
4.7 Ketahuilah (dengan sadar) mengapa Anda menyimpulkan begini atau begitu
Anda harus bisa melihat asumsi,implikasi,konsekuensi dari penuturan / kesimpulan yang anda buat.







BAB V
IDEOGENESIS DAN PROSES ABSTRAKSI

5.1 Ideogenesis
Hal yang akan dibicarakan lebih tepat apabila dibicarakan di dalam traktat tentang filsafat manusoa dan epitemoligi.
5.2 Proses abstraksi atau proses imaterialisasi
Semua pengetahuan intelektual kita mempunyai objek hal yang abstrak. Jiwa manusia adlah suatu kemampuan yang rohani, tergantung pada indra dalam mendapatkan pengetahuan.
5.3 Abstraksi total dan abstraksi parsial
Pada tingkat pengetahuan akali(verstandelijik) perlu dibedakan adanya dua bentuk abstraksi.
Abstraksi total dan universal, menabstraksikan hal yang umum dari benda individual atau benda yang kurang umum.
5.4 Abstraksi dan substansi realitas
Abstraksi adalah kondisi manusia. tiada ilmu tanpa abstraksi; semakin manusia tidak dapt berpikir abstrak, sulit baginya meyelenggarakan pemikiran ilmiah
5.5 Struktur historikal pengalaman
Manusia tidak dapat ada tanpa menjadi bagian dari sejarah. Pengalaman manusi tidak terpatah-patah, melainkan berstruktur.








BAB VI
BAHASA DAN PIKIRAN
6.2 Instrumentalisme dan determinisme
Instrumentalisme memandang bahasa sebagai alat mengungkapkan persepsi, dan Determinisme berpendapat bahwa manusia hanya dapat mempersepsi, karena adanya bahasa.
6.3 Pikiran, bahasa, dan sistem
Pikiran dan bahasa, merupakan tempat terjadi peristiwa realitas. Berpikir adalah menerima. Sistem bukan hal yang membuat suatu menjadi benar. Sesuatu itu dikatakan benar bukan karena ditetapkan, tetapi karena benar, maka ditetapkan.
6.4 Apakah hakikat berpikir
Berpikir; yang benar-benar berpikir sama sekali berlainan dari berpikir dalam bentuk turunantya.
Berpikir yang benar-benar berpikir tidak identik dengan berpikir dengan menghitung, hakikatnya pemikiran yang berhenti pada aspek kuantitatif dan realitas.














BAB VII
IDE ATAU KONSEP

7.1 Ide dan Fantasama
Ide adalah orang yang dilihat, penampakan, bentuk, gambar, rupa yang dilihat.
Fantasama; produk dari fantasi, merupakah gambaran produk langsung dari indera manusia.
7.3 Komprehensi dan Ekstensi
Ide meripakan hal yang mutlak penting dalam penuturan sebab ide atau konsep adalah unsur konstitutif dalam aksi pemikiran.
7.5 Semantika dan logika
Adalah ilmu makna. Cabang liguistik, menyelidiki makna kata, bagaimana asal mulanya, hingga terjadi perubahan makna.
7.6 Nilai rasa
Merupakan bagian dari masalah semantika.
Gejala penambahan rasa pada makna dasar inilah yang biasa disebut nilai rasa.
7.7 Pembagian konsep
Konsep nonkompleks, menurut cara ditangkapnya. Misalnya; gaji, sepada dll.
Konsep kompleks; menurut cara ditangkapnya, tetapi tidak kompleks. Misalnya; seorang filsuf, sarjana hukum internasional,dll.
7.9 Term dan tanda ektralogis
Term adalah pernyataan ide atau konsep dalam kata atau sejumlah kata.
Manusia adalah mahluk sosial, maka terdorong untuk mengungkapkan pikiranya. Digunakan tanda sebagai sarana hubungan.
Tanda ekstralogis adlah arti tertentu sifatnya bermacam-macam.



BAB VIII
SISTEMATIKA KERJA AKAL BUDI

8.2 Pembagian
Untuk berpikir yang baik kita perlu prinsip 'divide et impera', yaitu kita bagi-bagi.
Pembagian betapapun juga sistematisnya, tetaplah merupakan sarana ingin tahu bukan tujuan.
8.4 Devinisi
Hal yang khas pada devinisi adalah membuat eksplisit unsur isi (komprehensi)
Tujuan devinisi; untuk menhlghapus kedwiartian kata, khususnya kata kunci, agar tukar pikiran tidak menjurus pada kesalahan berpikir.
8.5 Argumentasi
Argumen adalah kata lain untuk pemikiran, penalaran. Argumentasi metode pemikiran, lebih-lebih apabila mencakup banyak langkah.
Pikiran, mencakup beberapa lankah; suatu proses mental di dalamnya kita bergerak dari apa yang diketahui hal yang tidak diketahui.
8.5 Argumentasi
Argumen adlah kata lain untuk pemikiran, penalaran.
Argumentasi; metode pemikiran, lebih-lebih apabila mencakup banyak langkah.
Kita dapat membedakan tiga hal dalam pemikiran;
1. hal yang diketahui,
2. hal yang tidak diketahui,
3. proses mental dari yang pertama ke yang kedua.





BAB IX
KEPUTUSAN SEBAGAI UNSUR PEMIKIRAN

9.2 Diskusi tentang Hakikat keputusan
Di dalam diskusi tentang hakikat keputusan ditemukan berbagai jawaban.
Di sini orang melihat suatu keseluruhan melalui suatu aspek tertentu, dan kemudian mengakukan unsur terpisah yang dipandang sebagai predikat pada keseluruhan tersebut yang merupakan subjek.
9.3 Kant: keputusan sintesis a priori
Pembedaan a priori dan a posteriori selalu merupakan masalah epistemologis, selalu berkaitan dengan pengetahuan.
Menurut Leibniz, mengetahui realitas secara a posteriori adalah mengetahui realitas dari yang benar ditemukan dari dunia empiris, secara a priori adalah mengetahui realitas dengan mengungkapkan sebab suatu tertentu.
9.4 Klasifikasi Keputusan Kant
Menurut Kant yang filsuf dengan arah pikiran fisikal-matematis, bahwa pikiran manusia pada dasarnya tidak lain dari semacam teknologi dari jiwa manusia yang membawanya monistik: mengklasifikasi, mensintesiskan, dan senantiasa mencakupnya menjadi satu kesatuan.
9.5 Pembagian keputusan:
Apabila saya membuat keputusan: anjing adalah binatang, materi adalah ''anjing'' dan ''binatang''.
9.6 Kebenaran dan kesalahan
Logika scientifika bertujuan memastikan kebenaran.
Bahwasanya kita letakan di sini karena hanya dalam keputusan kita kita mempunyai kebenaran atau kesalahan secara formal.
Kebenaran adalah suatu fungsi.
9.7 Keadaan pikiran
Pengalaman mengatakan apabila pemikiran kita dihadapkan pada suatu proposisi (pernyataan), kita dapat berada dalam berbagai keadaan. Ragu-ragu, bimbang.
Kita bedakan empat keadaan pikiran;
a-Ketidaktahuan
b-Kesangsian
C-Dugaan
D-Kepastian.
9.8 Praktika
Mendidik membuat keputusan yang tepat.
Perlu kita bina jiwa yang kritis, yang mahir membuat pembedaan arti, suposisi, persoalan tentang sesuatu.


















BAB X
PROPOSISI

10 Pengertianya
a. Proposisi adalah suatu penuturan (assection) yang utuh. Misalnya Achmad Yani adalah panglima Angkatan Darat; karate adalah salah satu seni bela diri.
b. Proposisi juga dapat didefinisikan ungkapan keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan.
10.2 Proposisi Kategories
Proposisi kategoris adalah proposisi yang menerangkan identitas atau kebedaan dua konsep objektif.
Proposisi kategoris mengandung tiga buah unsur;
1) subhek: hal yang diterangkan
2) predikat: hal yang menerangkan
3) hal yang menerangkan hubungan antara subjek dan predikat.
10.2.2 Pembagian
Proposisi bersahaja adalah proposisi yang subjek dan predikatnya berupa term bersahaja; subjek dan predikatnya hanya terdiri dari satu kata; misalnya; Adang adalah pembantuku.
10.3 Proposisi Hipotesis
10.3.1 Devinisi
Proposisi hipotesis adalah propoisisi yang antara bagian bagianya terdapat hubungan dependensi (ketergantungan)
Proposisi hipotesis berbeda dari proposisi kategoris baik dalam materi maupun bentuknya.
10.3.2 Pembagian
1) Proposisi disjungtif adalah yang dua bagianya dihubungkan dengan kata ''apabila'', ''jika'', dan lainya.

BAB XI
PEMIKIRAN

11.1 Pengantar
Maksut utama dari logika scientifika, selain mengungkapkan hakikat berfikir dengan segala bentuk turunanya, juga menjamin ketepatan, kesaksamaan (correctnes) dalam proses pemikiran.
Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui.
11.2 Pembagian pemikiran
Dalam pemikiran langsung tidak terdapat pergerakan maju, sebab yang terdapat didalamnya adalah sekedar dua cara yang berbeda dalam mengatakan hal yang sama.
Pemikiran tidak langsung didasarkan pada realitas cara akal budi kita bergerak.
Pemikiran adalah gerak dari hal yang diketahui menuju hal yang tidak diketahui.
11.3 Prinsip-prinsip Dasar Pemikiran
Pikiran adalah benda kodrat, maka berlaku juga hukum-hukum yang mengikat semua benda kodrat, semua ada khusus (semua beings).
Dengan sangat mudah, kita dapat menemukan prinsip-prinsip tersebut:
a. Prinsip identitas; dasar dari semua pemikiran.
b. Prinsip pembatalan: Prinsip ini rumusan negatif dari prinsip identitas.
Prinsip pembatalan juga langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya sifatnya.
C. Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga: bahwa tidak terdapat kemugkinan ketiga.
d. Prinsip alasan yang mencukupi: karena sifat keumumanya.
11.4 Aturan-aturan Dasar Kebenaran dan Kepalsuan
Pada hakikatnya logika tidak mempersoalkan tentang kebenaran kesimpulan yang dibuat.

11.5 Pemikiran langsung
Proses pemikiran yang denganya kita bergerak dari suatu proposisi ke proposisi yang lain tanpa pertolongan proposisi ketiga.
11.6 Pemikiran Tidak Langsung
Pemikiran tidak langsung adalah proses pikiran, yang denganyakita bergerak dari satu proposisi ke lain proposisi dengan pertolonganproposisi ketiga. Sedangkan apabila dipandang secara objektif, pemikiran tidak langsung adalah hubungan antara ketiga buah proposisi tersebut.
11.6.1 silogisme
Salah satu cara pemikiran tidak langsung adalah deduksi.
11.6.1.1 Prinsip-prinsip Silogisme
1) Prinsip komprehensi
2) Prinsip ekstensi















BAB XII
BEBERAPA BENTUK PEMIKIRAN LAINYA

12.1 Pengantar
Cara pemikiran kita seringkali berwujud proses trial dan eror meskipun, kalau kita perhatikan intinya, adalah proses induktif.
Untuk menentukan generalisasi yang sehat, harus kita terapkan tiga buah cara pengujian sebagai berikut:
a. Adakah kita telah mempertimbangkan hal atau kejadian dari kelompok yang diuji dalam jumlah secukupnya?
b. Adakah hal atau kejadian yang diuji merupakan sample yang cukup dari seluruh kelompok yang dipertimbangkan?
c. Ada kekecualian dalam kesimpulan umum?
Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara menyimpulkan yang menolong kita memanfaatkan pengalaman.
BAB XIII
KEKELIRUAN DAN MACAM-MACAMNYA
13.1 Pengantar
Istilah teknis kekeliruan adalah sofisme.
Kekeliruan adalah pemikiran yang menyesatkan.
a. Ekuivokasi, yakni pemakaian kata/istilah yang sama dalam arti yang berlainan.
b. Amfibologi, yakni menggunakan kalimat yang berarti dua. Misalnya, Materi PUTL mrngatakan: saya akan mengambil tindakan terhadap kericuhan di Gatrik.
c. Komposisi: kekeliruan ini terletak pada anggapan bahwa apa yang benar pada masing-masing bagian secara tersendiri pasti juga benar pada seluruh kelompok.




BAB XIV
KESALAHAN DAN SEBAB-SEBABNYA
Tujuan studi tentang logika scientufika adalah tidak hanya untuk mengetahui, tetapi supaya kita mempunyai pikiran yang berdisiplin.
Dunia ini penuh dengan kesalahan. Karena kenyataan ini, para skeptisi berkesimpulan: manusia tidak mempunyai kepastian formal sama sekali.
Kesalahan adalah mengatakan hal yang tidak sesuai.

No comments:

Post a Comment

TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA