BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Hidup sebagai
tugas
Eksistensi manusia dapat dikatakan kesatuan dalam diversitas serta
diversitas dalam kesatuan. Filsuf Nietszche dan M. Heidegger berkata bahwa
manusia harus memanusiakan dirinya, manusia masih harus menyesuaikan diri.
Eksistensi manusia mengandung resiko tenggelam. Manusia senantiasa menghadapi
bahaya ketenggelaman.
2.
Perbedaan
manusia dari mahluk infrahuman
Secara fundamental, manusia mempunyai banyak kebutuhan dan juga
dorongan. Di tuntut oleh berbagai kodratnya membuat manusia berbeda dari semua
mahluk di dunia ini adalah inteleknya atau akal budinya. Para ilmuwan yang
berpendapat bahwa alam semesta ini terjadi secara kebetulan terpaksa harus
merombak pemikiran mereka setelah menemukan aktivitas serebral (aktivitas intelektual)
dalam penelitian mereka. Petunjuk adanya rasionalitas membantah dengan seketika
tentang hipotesis kesimpulan bahwa alam semesta terjadi dengan kebetulan.
Manusia memang mempunyai aspek hewani, tetapi manusia adalah insane paling
utama berkat inteleknya, rohaninya.
3.
Peranan
berpikir
Intelek merupakan hal yang sangat penting. Hanya dengan pengertian
manusia itu menjadi manusia. Hanya dengan pengertian manusia dapat menghayati
keinsannya mengerti adalah sesuatu yang langsung menyentuh nilai harkat, martabat
dan hakikat manusia. Kepentingan pengertian di katakana manusia adalah realitas
rohani jasmani dalam satu kesatuan substansial, tetapi rohanilah yang merupakan
dasar dan intinya, seta sumber segala kegiatan dan prinsip hidup. Berpikir
lebih dalam berarti mengalami diri sendiri secara transeden, dunia material,
sebagai rohani, sebagai kemungkinan luar biasa dan bukan benda.
4.
Rasional maka
personal
Manusia mampu mempunyai pengertian rasional, maka juga dapat
mencintai secara personal. Manusia dapat menghargai kebaikan realitas dan mau
menyerahkan diri kepada beberapa realitas sepantasnya dicintai sebagai tujuan
misalnya Tuhan, manusia.
5.
Dari
sensitivo-rasional hingga metarasional
Manusia dapat mengerti semua realitas karena manusia sadar dan dapat
mengerti. Pengertian manusia, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat
bertambah dan meningkat melalui proses refleksi ( perenungan ) yang sistematis.
Manusia sebagai pribadi perlu senantiasa mencari kebenaran, tetapi pada batas
tertentu, manusia tidak mampu mencapai kebenaran sendirian. Manusia membutuhkan
pertolongan yakni membutuhkan revelasi ( wahyu ) ilahi. Kepercayaan adalah
pengertian yang metarasional atau suprarasional. Dengan iman atau kepercayaan
ini, manusia memperluas pengetahuannya melalui pengetahuan lain.
6.
Pengertian
sebagai pembebasan, pemerdekaan.
Pikiran manusia tidak hanya bergerak secara horisontal, tetapi juga
vertical, yakni dari pengalaman sensitivo-rasional yang biasa hingga pengalaman
metafisik, dari pengertian natural ke supranatural. Pengertian yang langsung
secara sadar signate, sangatlah terbatas. Secara exercite pada hakikatnya,
pengertian langsung tadi sangat kaya, padat dengan informasi. Lepas dari
ketidaktahuan dan kebodohan adalah sesuatu yang membahagiakan. Kebenaran yang
sempurna akan membebaskan manusia dari segala penderitaannya, dan membuatnya
bahagia selamanya. Inilah akhir tertinggi dari manusia.
7.
Hukum pemikiran
adalah hukum alami
Secara alami pemikiran ( penalaran ) manusia bergerak pengetahuan
pra-predikatif menuju pengetahuan predikatif. Berpikir yang baik, yakni
berpikir logis dialektis, bukan hanya mengindahkan kebenaran bentuk atau
hukum-hukum, tetapi juga harus mengindahkan kebenaran materi pemikiran beserta
kriterianya. Hukum-hukum tersebut diselidiki dan dirumuskan oleh logika.
Sedangkan masalah kebenaran materi dan kriterianya dicari pada masing-masing
bidangnya serta pada masing-masing epistemology. Orang yang mengeksplisitkan
teori logika, yakni menyusun logika menurut pola yang dapat dipertanggungjawabkan
adalah Aristoteles. Dialah bapak ilmu logika, logika episteme, yang di sebut
logike techne, seni berlogika.
8.
Logika adalah
filsafat sebagai analisis
Sudah menjadi kebiasaan logika scientifika dianggap atau ( paling
sedikit ) di rasakan ( karena diperlakukan ) sebagai filsafat atau bagian
filsafat. Filsafat adalah ilmu tentang prinsip, ilmu yang mempelajari dengan
mempertanyakan secara radikal segala realitas melalui sebab-sebab terakhir,
melalui asas-asasnya guna memperoleh pandangan ( Insight ) yang tepat mengenai
realitas. Secara umum filsafat mengandung / mencakup problema neotika yang
mencakup program logika dan problema epistemology (kritika, logika mayor,
kriteriologi, juga methodology) serta mengandung problema ontologis dan otika.
Jadi logika scientifika adalah filsafat, karena biasa disebut logika filsafati.
Karena logika scientifika menguraikan pikiran hingga tuntas, sampai
habis-habisan, maka logika merupakan filsafat sebagai analisis. Logika adalah
analisis kritis, filosofis pikiran dan pemikiran manusia.
9.
Peranan logika
bagi ilmu
Secara histories, menurut sejarahnya, yang pertama menjadi perhatian
dan di garap para filsuf adalah problema tentang ada, disempitkan lagi:
problema ontika. Kemudian di sadari bahwasannya akan lebih sistematis apabila
ditempuh prosedur yang sebaliknya. Sebab, barang siapa bermaksud menggarap
tertib riel secara intelektual pasti harus menggunakan tertib idiel, yakni
harus menggunakan proses tahu dan pengetahuan. Logika scientifika adalah
kondisi dan tuntutan fundamental eksistensi ilmu. Tidak ada ilmu yang tidak
menggunakan atau tidak harus menempuh proses pemikiran, proses menalar, proses
logika. Logika bahkan de facto merupakan pintu gerbang dari segala ilmu.
10. John Stuart Mill: Matematika bukan pengganti
logika.
John Stuart Mill yang ahli matematika menekankan bahwa matematika
tidak dapat menggantikan logika dalam kemampuannya membentuk pemikir yang
cermat.
BAB II
DEVINISI DAN LAPANGAN LOGIKA
SCIENTIVIKA
2.1 Logika alami dan scientifika
Banyak hal yang menyebabkan kita berfikir.
Jadi, memang, tanpa logika
scientifika seorang dapat dengan pasti menarik kesimpulan dan mencapai
kebenaran, terutama apabila mengenai hal yang tidak sulit. Dalam kejadian
seperti ini logika alami telah mencukupi.
Jadi,logika scientifika mutlak
dibutuhkan untuk semakin mempelengkapi kita dalam mempertajam jiwa dan menolong
meluruskan kerja intelek kita dengan mengikuti, memetuhi penyempurnaan metodis
logika alami.
2.2 Devinisi logika Scientifika
Logika scientifika adalah ilmu
praktis normatif yang mempelajari bentuk fikiran manusia jika dipatuhi, akan
mencapai kesimpulan yang lurus.
2.3 Implikasi metafisik/epitemologi pemikiran
Segi yang mempersoalkan materi
pemiliran, khususnya implikasi metafisik epistemologis materi pemikiran, amat
penting untuk diperhatikan.
Seringkali tidak disadari pula
bahwa begitu seorang merumuskan sesuatu, atau membuat pernyataan tertentu,
sebenarnya ia telah melibatkan keputusan filsafati tertentu. Karenanya seorang
pemikir, demi kecermatan pemikiranya, mutlak perlu mengidentifikasikan
keputusan filsafati yang terlibat di dalam pemikiranya.
2.4 Logika scientifika dan psikologi
Logika scientifika berbeda
dari psikologi. Logika mempersoalkan tentang aspek objektif dari proses
intelektual, sedangkan psikologi tentang aspek subjeknya, berguna juga untuk
mengetahui psikologi.
2.5 Status epitemologis hukum- hukum
logika
Setiap orang harus berusaha
untuk tidak melanggar hukum-hukum tersebut dalam proses pemikiranya.
Di antara interprestasi
normatif dan psikologis terdapat bentuk-bentuk yang merupakan usaha menjawab
masalah pendasaran ciri normatif logika.
2.6 Logika dan logistika
Sistem yang bercorak
matematika dirumuskan tahun 1873 ) oleh George Boole ( 1815-1864 ) dan Agustus
de Morgan ( 1806-1871 ) maka munculah logika yang bernama logistika.
Logika matematika merupakan
logika bentuk baru, bukan suatu logika yang baru, Prinsip logika
tradisionaltetap dipertahankan.
BAB III
SEJARAH RINGKAS LOGIKA
3.2 Dunia Yunani tua
Menurut isah sejarah Zeno dari
Citium. Bahwa, tokoh stoa, adalah yang pertama kali menggunakan istilah logika.
3.3 Dunia Abad Pertengahan
Pada mulanya hingga tahun 1141
, penggarapan logika hanya berkisar pada karya Aristoteles yang berjudul Kategorial
dan Peri Hermenerias. Karya tersebut ditambah dengan karya
Porphyrios yang bernama Eisagogen dan traktat Boethius yang mencakup masalah
pembagian, maslah metode debat, silogisme kategoris hipotetis, yang yang biasa
disebut logika lama.
3.4 Dunia modern
Logika Aristoteles, selain mengalami
perkembanganyang murni, juga dilanjutkan oleh sebagian pemikir, tetapi dengan
tekanan yang berbeda. Thomas hobes : Leviathan dan John Locke Essay Concerning
Human Understanding, doktrinya sangat dikuasai paham nominalisme. Pemikiran
pemikiran dipandang sebagai suatu proses mirip operasi dalam matemetika.
3.5 Dunia sezaman
Di sini tampak ada usaha
seksama untuk memberi tafsiran pada bentuk yang sudah mapan (tetap) seperti
tentang proposisi A (proposisi universal afirmatif), proposisi E (proposisi universal
negatif) proposisi I (proposisi partikular afirmatif), proposisi O (proposisi
partikular negatif).
3.6 Di India
Hanya India yang mengembagkan logika
secara formal sejak dulunya.
Logika lahir karena Sri Gautama sering berdebat
melawan golongan hindu fanatik yang menyerang aliran kesusilaan yang di
ajarkan.
3.7 Di Indonesia
Studi dan penguasaan logika
dipandang sebagai pendidikan intelektual, merupaka asasi pendidikan manusia
seutuhnya.
BAB IV
KONDISI BERPIKIR BAIK
4.2 Cintailah kebenaran
Sikap ini sangat
fubdamental berpikir yang baik, sebab senantiasa menggerakan si pemikir
untuk meningkatkan mutu penalaranya.
Cintailah terhadap kebenaran
diwujudkan dalam kerajinan (jauh dari kemalasan, serta diwujudkan dalam
kejujuran.
4.3 Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang
Anda kerjakan
Kegiatan yang sedang
dikerjakan adalah kegiatan berpikir.
4.4 Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang
Anda katakan
Pikiran diungkapkan dalam
kata-kata.
4.5 Buatlah distingsi (pembedaan) dan
pembagian (klasifikasi) yang semestinya
Jika ada dua hal yang tidak
mempunyai bentuk yang sama, hal itu jelas berbeda. Tetapi banyak kejadian
dimana dua hal mempunyai bentuk sama, namun tidak identik.
4.6 Cintailah definisi yang tepat
Penggunaan bahasa sebagai
ungkapan sesuatu. Mka jangan segan membuat devinisi.
Devinisi artinya pembatasan/
membuat jelas batas sesuatu.
4.7 Ketahuilah (dengan sadar) mengapa
Anda menyimpulkan begini atau begitu
Anda harus bisa melihat
asumsi,implikasi,konsekuensi dari penuturan / kesimpulan yang anda buat.
BAB V
IDEOGENESIS DAN PROSES ABSTRAKSI
5.1 Ideogenesis
Hal yang akan dibicarakan
lebih tepat apabila dibicarakan di dalam traktat tentang filsafat manusoa dan
epitemoligi.
5.2 Proses abstraksi atau proses
imaterialisasi
Semua pengetahuan intelektual
kita mempunyai objek hal yang abstrak. Jiwa manusia adlah suatu kemampuan yang
rohani, tergantung pada indra dalam mendapatkan pengetahuan.
5.3 Abstraksi total dan abstraksi parsial
Pada tingkat pengetahuan
akali(verstandelijik) perlu dibedakan adanya dua bentuk abstraksi.
Abstraksi total dan universal,
menabstraksikan hal yang umum dari benda individual atau benda yang kurang
umum.
5.4 Abstraksi dan substansi realitas
Abstraksi adalah kondisi
manusia. tiada ilmu tanpa abstraksi; semakin manusia tidak dapt berpikir
abstrak, sulit baginya meyelenggarakan pemikiran ilmiah
5.5 Struktur historikal pengalaman
Manusia tidak dapat ada tanpa
menjadi bagian dari sejarah. Pengalaman manusi tidak terpatah-patah, melainkan
berstruktur.
BAB VI
BAHASA DAN PIKIRAN
6.2 Instrumentalisme dan determinisme
Instrumentalisme memandang
bahasa sebagai alat mengungkapkan persepsi, dan Determinisme berpendapat bahwa
manusia hanya dapat mempersepsi, karena adanya bahasa.
6.3 Pikiran, bahasa, dan sistem
Pikiran dan bahasa, merupakan
tempat terjadi peristiwa realitas. Berpikir adalah menerima. Sistem bukan hal
yang membuat suatu menjadi benar. Sesuatu itu dikatakan benar bukan karena
ditetapkan, tetapi karena benar, maka ditetapkan.
6.4 Apakah hakikat berpikir
Berpikir; yang benar-benar
berpikir sama sekali berlainan dari berpikir dalam bentuk turunantya.
Berpikir yang benar-benar
berpikir tidak identik dengan berpikir dengan menghitung, hakikatnya pemikiran
yang berhenti pada aspek kuantitatif dan realitas.
BAB VII
IDE ATAU KONSEP
7.1 Ide dan Fantasama
Ide adalah orang yang dilihat,
penampakan, bentuk, gambar, rupa yang dilihat.
Fantasama; produk dari
fantasi, merupakah gambaran produk langsung dari indera manusia.
7.3 Komprehensi dan Ekstensi
Ide meripakan hal yang mutlak
penting dalam penuturan sebab ide atau konsep adalah unsur konstitutif dalam
aksi pemikiran.
7.5 Semantika dan logika
Adalah ilmu makna. Cabang
liguistik, menyelidiki makna kata, bagaimana asal mulanya, hingga terjadi
perubahan makna.
7.6 Nilai rasa
Merupakan bagian dari masalah
semantika.
Gejala penambahan rasa pada
makna dasar inilah yang biasa disebut nilai rasa.
7.7 Pembagian konsep
Konsep nonkompleks, menurut
cara ditangkapnya. Misalnya; gaji, sepada dll.
Konsep kompleks; menurut cara
ditangkapnya, tetapi tidak kompleks. Misalnya; seorang filsuf, sarjana hukum
internasional,dll.
7.9 Term dan tanda ektralogis
Term adalah pernyataan ide
atau konsep dalam kata atau sejumlah kata.
Manusia adalah mahluk sosial,
maka terdorong untuk mengungkapkan pikiranya. Digunakan tanda sebagai sarana
hubungan.
Tanda ekstralogis adlah arti
tertentu sifatnya bermacam-macam.
BAB VIII
SISTEMATIKA KERJA AKAL BUDI
8.2 Pembagian
Untuk berpikir yang baik kita
perlu prinsip 'divide et impera', yaitu kita bagi-bagi.
Pembagian betapapun juga sistematisnya, tetaplah
merupakan sarana ingin tahu bukan tujuan.
8.4 Devinisi
Hal yang khas pada devinisi
adalah membuat eksplisit unsur isi (komprehensi)
Tujuan devinisi; untuk
menhlghapus kedwiartian kata, khususnya kata kunci, agar tukar pikiran tidak
menjurus pada kesalahan berpikir.
8.5 Argumentasi
Argumen adalah kata lain untuk
pemikiran, penalaran. Argumentasi metode pemikiran, lebih-lebih apabila
mencakup banyak langkah.
Pikiran, mencakup beberapa
lankah; suatu proses mental di dalamnya kita bergerak dari apa yang diketahui
hal yang tidak diketahui.
8.5 Argumentasi
Argumen adlah kata lain untuk
pemikiran, penalaran.
Argumentasi; metode pemikiran,
lebih-lebih apabila mencakup banyak langkah.
Kita dapat membedakan tiga hal dalam pemikiran;
1. hal yang diketahui,
2. hal yang tidak diketahui,
3. proses mental dari yang pertama ke yang kedua.
BAB IX
KEPUTUSAN SEBAGAI UNSUR PEMIKIRAN
9.2 Diskusi tentang Hakikat keputusan
Di dalam diskusi tentang
hakikat keputusan ditemukan berbagai jawaban.
Di sini orang melihat suatu
keseluruhan melalui suatu aspek tertentu, dan kemudian mengakukan unsur
terpisah yang dipandang sebagai predikat pada keseluruhan tersebut yang
merupakan subjek.
9.3 Kant: keputusan sintesis a priori
Pembedaan a priori dan a
posteriori selalu merupakan masalah epistemologis, selalu berkaitan dengan
pengetahuan.
Menurut Leibniz, mengetahui
realitas secara a posteriori adalah mengetahui realitas dari yang benar
ditemukan dari dunia empiris, secara a priori adalah mengetahui realitas
dengan mengungkapkan sebab suatu tertentu.
9.4 Klasifikasi Keputusan Kant
Menurut Kant yang filsuf
dengan arah pikiran fisikal-matematis, bahwa pikiran manusia pada dasarnya
tidak lain dari semacam teknologi dari jiwa manusia yang membawanya monistik:
mengklasifikasi, mensintesiskan, dan senantiasa mencakupnya menjadi satu
kesatuan.
9.5 Pembagian keputusan:
Apabila saya membuat
keputusan: anjing adalah binatang, materi adalah ''anjing'' dan ''binatang''.
9.6 Kebenaran dan kesalahan
Logika scientifika bertujuan
memastikan kebenaran.
Bahwasanya kita letakan di sini karena hanya
dalam keputusan kita kita mempunyai kebenaran atau kesalahan secara formal.
Kebenaran adalah suatu fungsi.
9.7 Keadaan pikiran
Pengalaman mengatakan apabila
pemikiran kita dihadapkan pada suatu proposisi (pernyataan), kita dapat berada
dalam berbagai keadaan. Ragu-ragu, bimbang.
Kita bedakan empat keadaan pikiran;
a-Ketidaktahuan
b-Kesangsian
C-Dugaan
D-Kepastian.
9.8 Praktika
Mendidik membuat keputusan yang tepat.
Perlu kita bina jiwa yang kritis, yang mahir
membuat pembedaan arti, suposisi, persoalan tentang sesuatu.
BAB X
PROPOSISI
10 Pengertianya
a. Proposisi adalah suatu penuturan (assection)
yang utuh. Misalnya Achmad Yani adalah panglima Angkatan Darat; karate adalah
salah satu seni bela diri.
b. Proposisi juga dapat didefinisikan ungkapan
keputusan dalam kata-kata, atau juga manifestasi luaran dari sebuah keputusan.
10.2 Proposisi Kategories
Proposisi kategoris adalah
proposisi yang menerangkan identitas atau kebedaan dua konsep objektif.
Proposisi kategoris mengandung tiga buah unsur;
1) subhek: hal yang diterangkan
2) predikat: hal yang menerangkan
3) hal yang menerangkan hubungan antara subjek
dan predikat.
10.2.2 Pembagian
Proposisi bersahaja adalah
proposisi yang subjek dan predikatnya berupa term bersahaja; subjek dan
predikatnya hanya terdiri dari satu kata; misalnya; Adang adalah pembantuku.
10.3 Proposisi Hipotesis
10.3.1 Devinisi
Proposisi hipotesis adalah propoisisi
yang antara bagian bagianya terdapat hubungan dependensi (ketergantungan)
Proposisi hipotesis berbeda
dari proposisi kategoris baik dalam materi maupun bentuknya.
10.3.2 Pembagian
1) Proposisi disjungtif adalah yang dua bagianya
dihubungkan dengan kata ''apabila'', ''jika'', dan lainya.
BAB XI
PEMIKIRAN
11.1 Pengantar
Maksut utama dari logika
scientifika, selain mengungkapkan hakikat berfikir dengan segala bentuk
turunanya, juga menjamin ketepatan, kesaksamaan (correctnes) dalam proses
pemikiran.
Pemikiran adalah aksi (act)
yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian baru dengan perantaraan hal
yang sudah diketahui.
11.2 Pembagian pemikiran
Dalam pemikiran langsung tidak
terdapat pergerakan maju, sebab yang terdapat didalamnya adalah sekedar dua
cara yang berbeda dalam mengatakan hal yang sama.
Pemikiran tidak langsung
didasarkan pada realitas cara akal budi kita bergerak.
Pemikiran adalah gerak dari
hal yang diketahui menuju hal yang tidak diketahui.
11.3 Prinsip-prinsip Dasar Pemikiran
Pikiran adalah benda kodrat,
maka berlaku juga hukum-hukum yang mengikat semua benda kodrat, semua ada
khusus (semua beings).
Dengan sangat mudah, kita
dapat menemukan prinsip-prinsip tersebut:
a. Prinsip identitas; dasar dari semua pemikiran.
b. Prinsip pembatalan: Prinsip ini rumusan
negatif dari prinsip identitas.
Prinsip pembatalan juga langsung, analitis, dan
jelas dengan sendirinya sifatnya.
C. Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga: bahwa
tidak terdapat kemugkinan ketiga.
d. Prinsip alasan yang mencukupi: karena sifat
keumumanya.
11.4 Aturan-aturan Dasar Kebenaran dan
Kepalsuan
Pada hakikatnya logika tidak
mempersoalkan tentang kebenaran kesimpulan yang dibuat.
11.5 Pemikiran langsung
Proses pemikiran yang denganya kita bergerak dari
suatu proposisi ke proposisi yang lain tanpa pertolongan proposisi ketiga.
11.6 Pemikiran Tidak Langsung
Pemikiran tidak langsung adalah proses pikiran,
yang denganyakita bergerak dari satu proposisi ke lain proposisi dengan
pertolonganproposisi ketiga. Sedangkan apabila dipandang secara objektif,
pemikiran tidak langsung adalah hubungan antara ketiga buah proposisi tersebut.
11.6.1 silogisme
Salah satu cara pemikiran tidak langsung adalah
deduksi.
11.6.1.1
Prinsip-prinsip Silogisme
1) Prinsip komprehensi
2) Prinsip ekstensi
BAB XII
BEBERAPA BENTUK PEMIKIRAN LAINYA
Cara pemikiran kita seringkali berwujud proses trial
dan eror meskipun, kalau kita perhatikan intinya, adalah proses induktif.
Untuk menentukan generalisasi yang sehat, harus
kita terapkan tiga buah cara pengujian sebagai berikut:
a. Adakah kita telah mempertimbangkan hal atau kejadian dari kelompok yang
diuji dalam jumlah secukupnya? b. Adakah hal atau kejadian yang diuji merupakan sample yang cukup dari seluruh kelompok yang dipertimbangkan?
c. Ada kekecualian dalam kesimpulan umum?
Pada dasarnya analogi induktif adalah suatu cara menyimpulkan yang menolong kita memanfaatkan pengalaman.
BAB XIII
KEKELIRUAN DAN MACAM-MACAMNYA
13.1 Pengantar
Istilah teknis kekeliruan adalah sofisme.
Kekeliruan adalah pemikiran yang menyesatkan.
a. Ekuivokasi, yakni pemakaian kata/istilah yang sama dalam arti yang
berlainan. b. Amfibologi, yakni menggunakan kalimat yang berarti dua. Misalnya, Materi PUTL mrngatakan: saya akan mengambil tindakan terhadap kericuhan di Gatrik.
c. Komposisi: kekeliruan ini terletak pada anggapan bahwa apa yang benar pada masing-masing bagian secara tersendiri pasti juga benar pada seluruh kelompok.
BAB XIV
KESALAHAN DAN SEBAB-SEBABNYA
Tujuan studi tentang logika scientufika adalah
tidak hanya untuk mengetahui, tetapi supaya kita mempunyai pikiran yang
berdisiplin.
Dunia ini penuh dengan kesalahan. Karena
kenyataan ini, para skeptisi berkesimpulan: manusia tidak mempunyai kepastian
formal sama sekali.
Kesalahan adalah mengatakan hal yang tidak
sesuai.
No comments:
Post a Comment
TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA