Wednesday, 22 May 2013

makalah tentang yakult

Abstract
Background: Formaldehide or formaline is a toxic compound and carsinogenic . Formaline in short term could cause cell and liver culture damage. Yoghurt is one of milk fermentation product that has potency as exogen antioxidant and anti cancer matter, which neutralize  free radical oxygen and toxic in body. Yoghurt supplementation is expected to eliminate free radical compound that caused by formaldehyde, prevent oxidative stress and cell destruction and hepar culture.  
Metode: Fifty mouses were divided into two groups, the first was then divided into 5 sub groups and give formaldehyde with dossages 0 ppm (kontrol) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm and 100 ppm . Second group was received the same dossages and each animal received 2 ml/days yoghurt. Each sub group was replicated three times. Malonyl dialdehide (MDA) was measured as liver destruction parameter and level of culture damage was measured with hematoxylen-eosin (HE).
Result: Formaldehyde dossage has highly significant (P< 0,01) increasing MDA production. MDA production (μg/ml) are 5,36; 18,69; 29,49; 35; and 39,46 respectively. Yoghurt supplementation also give highly significant (P< 0,01) in decreasing MDA. The lower formaldehyde the higher MDA production descent, and the value are: 5,16 ; 5,71; 12,13; 16,13; and 20,53 mutual with culture damage from HE test.
Keyword: formaldehyde; supplementasion; expose, MDA;













Abstrak
Latar Belakang: Formaldehid (formalin) merupakan senyawa toksik dan bersifat karsinogen. Pengaruh negatif paparan formaldehid dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan hepar. Yogurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang mempunyai potensi sebagai antioksidan eksogen dan sebagai bahan anti kanker, yang dapat menetralkan senyawa reaktif oxygen radikal bebas serta racun yang masuk dalam tubuh. Suplementasi yogurt diharapkan dapat mengeliminasi senyawa radikal bebas akibat paparan formaldehid, mencegah terjadinya stres oksidatif dan kerusakan oksidatif  pada sel dan jaringan hepar, yang ditandai dengan meningkatnya kembali kandungan antioksidan ( GSH ), dan menurunnya kembali produksi Malonildialdehide (MDA) . 
Metode: 50 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok I untuk penelitian paparan formaldehid dengan dosis masing- masing adalah 0 ppm (kontrol) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm dan 100 ppm . Kelompok kedua diberi paparan formaldehid dengan dosis yang sama seperti kelompok I dan diberi yogurt 2 ml/hari. (MDA) diukur sebagai parameter kerusakan hepar dan kerusakan jaringan diukur dengan metode pewarnaan hematoxylen-eosin (HE).
Hasil: Dosis formaldehid sangat nyata (P< 0,01) meningkatkan produksi MDA. Nilai MDA (μg/ml) sesuai dengan dosis perlakuan  berturut- turut: 5,36; 18,69; 29,49; 35; dan 39,46. Suplementasi yogurt sangat nyata (P< 0,01)menurunkan produksi MDA. Makin rendah formaldehid yang diberikan, akan semakin tinggi tingkat penurunan produksi MDA (μg/ml), dengan urutan sebagai berikut: 5,16 ; 5,71; 12,13; 16,13; dan 20,53 sesuai dengan tingkat kerusakan jaringan hasil uji dengan pewarna HE yang dilakukan.

Keyword: formaldehid; suplementasi; paparan; MDA;










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Keberadaan formaldehid dalam dapat menyebabkan menurunnya secara drastis antioksidan dalam tubuh, seperti superoksid dismutase dan glutathione tereduksi GSH), sebaliknya meningkatkan  produksi senyawa reactive oxygen species (ROS)  dalam tubuh, yang dapat menyebabkan terjadinya stres oxidatif.  Stres oksidatif adalah keadaan yang tidak seimbang antara antioksidan yang ada dalam tubuh dengan produksi ROS. Stres oksidatif dapat menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi lipid, protein termasuk  enzim dan DNA, yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan oksidatif, apabila ini berlanjut  dapat menyebabkan  terjadinya kerusakan dan kematian sel hepar. Terjadinya reaksi peroksifdasi lemak membrane sel ditandai dengan  meningkatnya produksi  senyawa  malondialdehid (MDA) dalam sel dan jaringan hepar.

 Hepar merupakan organ tubuh yang perta mendetoksi racun  atau  senobiotik yang masuk dalam tubuh. Hepar merupakan organ tubuh yang rentan terhadap pengaruh bahan toksi, oleh karena itu hepar sangat baik dipakai dalam pengamatan histopatologis ( Smith, 200 ; Hudgson, 2004 ; Plotken et al. 2007).

            Ada dua alur detoksikasi oleh hepar, yang pertama dikenal sebagai sistim sitokrom, dimana sel hepar memodifikasi senyawa toksik melalui proses biotransformasi (reaksi oksidasi reduksi, dan hidrolisa) yang bertujuan untuk mengurangi toksisitas racun yang masuk dalam tubuh. Selama proses tahap ini sangat dibutuhkan senyawa antioksidan  baik enzimatis maupun non enzimatis.  Alur tahap kedua dikenal sebagai tahap konyugasi. Dalam tahap ini sel hepar sangat membutuhkan berbagai protein dan asam amino, serta vitamin dan garam sulfat untuk mengikat racun supaya dapat larut dalam air, sehingga racun dapat dikeluarkan dari tubuh.

            Yogurt  atau yoghurt merupakan produk susu fermentasi hasil pertumbuhan bakteri Lactic acid bacteria (LAB) atau bakteri asam laktat  dalam hal ini adalah  golongan bakteri species Lactobacillus  bulgaricus, dan bakteri  Streptococcus thermophillus, pada susu pasterisasi. Yogurt banyak mengandung berbagai vitamin, terutama vitamin, B, C yang larut dalam air, dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak, dan mengandung berbagai asam amino essensiil, yang berberan sebagai antioksidan dan detoksikan, yang dapat menetralkan senyawa ROS dan radikal bebas
Gabungan vitamin A, E dan karoten, dapat menghambat dan menetralkan radikal bebas yang baru terbentuk (Smith, 2003 ; Hudgson, 2004 ; Eltean 2005).

            Dinding bakteri asam laktat mengandung senyawa yang berperan sebagai adjuvan,  yaitu senyawa peptidoglikan dan muramyl dipeptida (MDP), senyawa ini mampu mendorong  sel sel imun , seperti makrofag, sel- sel T  dan sel–sel B limfosit  memperoduksi berbagai sitokin dan antibodi untuk meningkatkan ketahan tubuh atau sebagai immunomodulator (Maydani and Ha 200 ;   Kumar et al., 2003).

            Dengan demikian dengan suplementasi yogurt diharapkan dapat mencegah  dengan mengeliminasi senyawa ROS dan radikal bebas akibat paparan formaldehid, mencegah terjadinya stres oksidatif dan kerusakan oksidatif  pada sel dan jaringan hepar, yang ditandai dengan meningkatnya kembali kandungan antioksidan (GSH), dan menurunnya kembali produksi MDA . 

1.2 Rumusan Masalah
1. apa itu yakult ?
2. apa manfaat minum yakult pada tubuh manusia ?

1.3 Tujuan Penelitian
1. agar mengerti apa itu yakult.
2. agar dapat mengetahui apa manfaat minum yakult pada tubuh manusia.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tentang Yakult
Yakult (ヤクルト Yakuruto?) adalah minuman probiotik mirip yogurt yang dibuat dari fermentasi skimmed milk dan gula dengan bakteri Lactobacillus casei. Karena L. casei Shirota dapat ditemui dalam sistem pencernaan, Yakult dipromosikan sebagai minuman yang baik untuk kesehatan.
Namanya berasal dari jahurto, bahasa Esperanto untuk "yoghurt". Yakult ditemukan oleh doktor Minoru Shirota pada 1930. Pada 1935, ia mendirikan Yakult Honsha Co., Ltd. (株式会社ヤクルト本社 Kabushiki-gaisha Yakuruto Honsha?) (TYO: 2267) untuk memasarkan minuman ini. Sejak saat itu, Yakult telah memperkenalkan berbagai minuman yang mengandung bakteri Bifidobacterium breve, dan telah menggunakan lactobacilli untuk mengembangkan kosmetika. Yakult Honsha juga memainkan peran penting dalam penelitian obat kemotrapi irinotecan.
Yakult juga memiliki salah satu tim bisbol terbesar di Jepang, Tokyo Yakult Swallows.
Saat ini, Yakult diproduksi dan dijual di Jepang, Asia, Australia, Amerika Latin, dan Eropa, walaupun bakterinya masih diimpor dari Jepang.










BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Biokimia jurusan kimia, Laboratorium Biologi molekuler dan sel jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya , serta laboratorium Biomedik, dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

3.2 Materi Penelitian
Bahan  yang digunakan dalam penelitian antara lain  formalin atau formaldehid, Tikus putih Rattus norwegigus umur 8–10 minggu, dengan berat badan sekitar 100 g, NaCl, KCl, Na2PO4, KH2PO4, TCA, TBA, HCl, aquabidest, Kit GSH , Kit MDA.
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain neraca analitik Mettler AE- 50, Spektrofotometer UV-Vis, vortex Gua Hug, spoit 1 ml, gavage, seperangkat alat gelas, water bath, mikro pipet, mikrotip, tabung mikro eppendorf.

3.3 Assay  of Glutation colometric detection Kit ( BioVision )
Kit ini dapat  menditeksi  Glutathion dalam bentuk tereduksi  ( GSH ) saja.  Dengan cara menghilangkan  enzim glutathione reduktase dalam larutan yang diselidiki. Kemempuan menditeksi reasgen kit ini dengan tanpa proses recycling , adalah 100 kali lebih rendah  dibanding dengan diteksi total glutathione, dengan satuan konsentrasinya nano g per mikroliter atau μg per ml.

3.4 Kit Assay MDA colorimetri detection Kit
Prinsip: MDA merupakan produk sekunder dari lipid peroksidasi, akan bereaksi dengan thiobarbituric acid (TBA)pada suasana asam (pH 2- 3) dan suhu 97- 1000 Cakan memberikan warna pink.




3.5 Kerusakan oksidatatif hepar
Dengan metode pewarnaan hematoxylen- eosin ( HE).

3.6 Pengelompokan tikus
            50 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok , masing- masing kelompok  terdiri dari 25 ekor. 25 ekor kelompok tikus I adalah  untuk penelitian paparan formaldehid tanpa suplementasi yogurt yang diberikan  dalam feeding diet, dengan dosis masing- masing adalah 0 ppm (control) , 25 ppm, 50 ppm. 75 ppm dan 100 ppm  sesuai dengan sub kelompoknya. Masing- masing sub kelompok terdiri dari 5 ekor sebagai ulangan.

25 ekor ekor kelompok tikus yang kedua adalah untuk penelitian paparan formaldehid dalam feeding diet, dengan dosis yang sama masing- masing adalah o ppm sebagai control , 25 ppm, 50 ppm , 75 ppm dan 100 ppm, dan secara bersamaan tiap harinya diberi minuman yogurt sebanyak 2 ml per hari dengan menggunakan jarum tumpul  gavage).

3.7 Analisis Data
            Data kadar GSH dan MDA yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam pola rancangan acak lengkap sederhana, menurut Suntoyo (1990).














BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Paparan formaldehid dalam makanan tikus ( Rattus norwegicus ) tanpa suplementasi  yogurt terhadap kadar  MDA hepar jaringan hepar.
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan tikus (Rattus norwegicus ) tanpa suplementasi yogurt memberikan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap produksi MDA jaringan hepar. Data selengkapnya terdapat pada Tabel  1  dan Gambar 1.


Gambar 1. Grafik pola produksi MDA akibat paparan formaldehid tanpa perlakuan  suplementasi yogurt.


Tabel 1.    Paparan formaldehid dalam makanan tikus tanpa suplementasi yogurt terhadap kadar MDA jaringan hepar.                                 

           

Hasil penelitian sebagaimana tertera pada tabel 4 dan gambar 4 menunjukkan bahwa paparan formaldehid  tanpa perlakuan suplementasi yogurt dapat menyebabkan peningkatan secara sangat nyata ( P < 0,01 ) terhadap  produksi senyawa malondialdehid  (MDA)  jaringan hepar. 

            Hal ini menunjukkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan dapat menimbulkan stress oksidatif, kerusakan oksidatif, dan terjadinya reaksi peroksidasi senyawa biologis yang terdapat pada sel dan jaringan hepar, terutama lemak membrane sel hepar. Makin tinggi dosis paparan formaldehid, akan semakin tinggi potensi kerusakan lemak membran sel , bahkan bisa menimbulakan kerusakan  serius, sampai dengan kematian sel, yang ditandai dengan semakin tinggi produksi MDA.

           Muller (2006) menyatakan bahwa senyawa radikal bebas , terutama radikal hidroksil (.OH-) dapat menyebabkan terjadinya reaksi peroksidasi asam lemak tidak jenuh pada membrane sel.  Reaksi peroksidasi lebih lanjut pada asam- asam lemak tidak jenuh, menghasilkan produk senyawa malondialdehid (MDA).

            Peroksidasi lemak adalah bentuk kerusakan oksidatif lemah tidak jenuh (Polyunsaturated fatty acid = PUFA). Inisiasi peroksidasi lemak disebabkan oleh serangan terhadap yang memiliki reaktivitas  untuk mengabtraksi atom hydrogen dari suatu gugus metilen (- CH2 -). Asam- asam lemak dengan satu atau tanpa ikatan ganda lebih resisten terhadap serangan PUFA . Ikatan ganda yang ada disampingnya memperlemh energi energi pengiikatan atom hydrogen pada atom karbon, terutama atom karbon yang terdapat gandar pada kedua sisi – CH- (Halliwell and Gutteridge, 1999 ; Suryohudoyo, 2000).

          Abstraksi H. dari -CH2 – menyebabkan terbentuknya elektron yang tidak berpasangan pada karbon (-CH2-), karena atom hydrogen hanya mempunyai satu elektron . Pada kondisi aerob, sebagian besar radikal karbon akan bereaksi dengan O2 akan menhasilkan suatu radikal peroksil, yang dapat mengabstraksi atom H dari molekul lemak yang lain, yaitu rantai samping asam lemak yang berada didekatnya, dan menghasilkan  karbon radikal (C-) dengan reaksinya sebagai berikut :
            ROO.-  + . C- + CH       ROOH  +  . C 
            Radikal karbon yang terbentuk dapat bereaksi dengan O2 untuk membentuk peroksil lain, sehingga reaksi berantai dari peroksidasi lemak dapat berlanjut ( tahap propogasi ). Radikal peroksil berikutnya akan bereaksi dengan atom hydrogen yang diabstraksi akan menghasilkan lemak peroksida (LOOH ).

            Peroksidasi lemak merupakan yang palin banyak dipelajari  dalam reaksi berantai radikal bebas, dengan malondialdehid (MDA) sebagai produk akhir (Wink and Khresna, 2006).

4.2 Paparan formaldehid dalam makanan tikus  (Rattus norwegikus) dengan          suplementasi yogurt terhadap kadar MDA jaringan hepar.
            Hasil penelitan paparan formaldehid pada makanan tikus , dengan suplementasi yogurt menunjukkan berpengaruh sangat  sangat nyata (P < 0,01) terhadap produksi MDA jaringan hepar, walaupun sudah ada penurunan secara nyata produksi MDA. Data selengkapnya terdapat pada Tabel 2 dan Gambar 2.


Gambar 2. Grafik pola produksi MDA  hasil   paparan  formaldehid dengan suplementasi yogurt pada jaringan   hepar tikus.



Tabel 2.  Paparan formaldehid dengan suplementasi yogurt terhadap produksi MDA hepar.
                                                            
Tabel 3.    Hasil uji t rataan produksi MDA paparan formaldehid tanpa dan dengan              suplementasi yogurt terhadap MDA hepar.
 
             

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa paparan formaldehid tanpa dan dengan suplementasi yogurt menunjukkan pengaruh yang sangat nyata ( P < 0,01 )  terhadap produksi MDA.


Gambar 3. Pola produksi MDA Hepar hasil paparan formaldehid tanpa suplementasi yogurt  Toksisitas ) dan dengan suplementasi yogurt ( Terapi ).

            Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 2 dan 3 dan  Gambar 2 dan 3,   menunjukkan bahwa perlakuan suplementasi yogurt yang diberikan  bersamaan dengan paparan formaldehid dalam makanan tikus, dapat menurunkan produksi MDA jaringan hepar.  Hal  ini tidak lain karena yogurt sebagai produk fermentasi kaya akan zat- zat nutrisi seperti vitamin dan asam – asam amino  yang berberan sebagai antioksidan dan penyusun antioksidan dalam tubuh, yang dapat mencegah terjadinya stres oksidati dan kerusakan oksidatif, dan reaksi peroksidasi lemak akibat produksi senyawa ROS dan radikal bebas, akibat paparan formaldehid.  Yogurrt juga mengandung bakteri  gram positif, yaitu bakteri Lactobacillus bulgaricus, dan bakteri Streptococcus thermophillus, yang dinding selnya mengandung senyawa peptidoglikan dan muramyl dipeptida (MDP) yang bersifat sebagi adjuvant, yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sistim pertahan tubuh.

           Hal ini sesuai dengan pendapat  Smith (2003) ; Hudgson (2004) dan Eltean 2005 , yang menyatakan bahwa yogurt banyak mengandung berbagai vitamin, terutama vitamin B dan C  yang bersifat larut dalam air, dan vitamin A, D, dan E yang bersifat larut dalam lemak, yang dapat berperan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan senyawa ROS dan radikal bebas yang bersifat merusak sel  dan jaringan hepar.

            Gabungan antara vitamin C dan E serta karoten dapat menghambat dan menetralkan ROS dan radikal bebas yang baru terbentuk, sehingga kerusakan sel dapat dicegah, dengan demikian dapat menurunkan produksi MDA (Kumar et al., 2003;  Wink and Kresna, 2006 ; Plotkin, 2007).
            Given and Gulmez (2003) menyatakan bahwa produk susu fermentasi memberikan efek protektif yang lebih baik terhadap senyawa toksik dan karsinogen dibanding denganm vitamin E.

           Hasil uji t menunjukkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan tanpa dan dengan suplementasi yogurt menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P < 0,01) terhadap kadar MDA jaringan hepar. Paparan formaldehid dalam makanan yang secara bersamaan diberikan suplementasi yogurt, dapat menurunkan produksi MDA jaringan hepar secara nyata.

            Dengan demikian terbukti baik secara teoritis dan terapan, bahwa yogurt dapat mencegah terjadinya bstres oksidatif, kerusakan oksidatif dan peroksidasi lemak,khususnya lemak membran sel dan dapat menurunkan produksi MDA

4.3 Paparan Formaldehid dalam makanan tikus  tanpa dan dengan suplementasi     yogurt  terhadap histopatologis  hepar.
            Tikus putih Rattus norwegicus  strain wistar jantan diberikan pakan diet yang terpapar formaldehid dengan variasi dosis (0. 25, 50, 75, dan 100 ppm). Ransum makanan diberikan singgle dosis  selama satu minggu diberikan per hari selama tujuh hari berturut- turut. Setelah mendapatkan paparan formaldehid selama tujuh hari secara terus menerus, tikus dikorbankan dan diambil organ hatinya, untuk tujuan persiapan pembuatan preparat histopatologis , yang meliputi perendaman dalam PFAS 4 %, embedding dalam parafin block dan pemotongan preparat hepar setebal 4- 5 μM yang sudah dicoated pada objeck glass. Hasil irisan preparat jaringan hepar tikus, selanjutnya dilakukan pewarnaan HE ( Hematoxiylen Eosin ), selanjutnya diamati dibawah mikroskop untuk melihat gambaran kerusakan hepar.





Gambar 4.  Hasil pewarnaan HE pada preparat hepar yang terpapar formalin Pembesaran 400 x .

           

Gambar 4. menunjukkan perbandingan kondisi kerusakan sel  jaringan hepar tikus kontrol ( A ), tikus yang terpapar formalin dengan dosis 25 ppm  ( B),  50 ppm ( C ) dan 75 ppm ( D), apabila kita bandingkan jaringan hepar tikus kontrol dengan perlakuan 0 ppm formaldehid,  tampak bahwa  jaringan heparnya hampir berisi penuh dengan sel- sel hepar, sedangkan pada tikus yang terpapar formalin terjadi pengurangan sel  secara bertingkat, sesuai dengan dengan tingkat dosis paparan formaldehid yang diberikan.
.



Gambar 5.  Hasil pewarnaa HE  hepar tikus yang memperoleh  suplementasi  (terapi)  yogurt .



Gambar 5. menunjukkan adanya perbaikan kerusakan sel hepar dengan adanya perlakuan suplementasi ( terapi )  yogurt, pada tikus yang terpapar formalin. Pada gambar 5 menunjukkan  bahwa yang effektif terapi hepar  dengan suplementasi yogurt, adalah pada hepar tikus yang terpapar 25 ppm. Lebih dari 25 ppm sulit untuk diperbaiki seperti keadaan mendekati kontrol. Dengan demikian  dosis paparan formaldehid dalam makanan  dianggap sebagai batas ambang atau sebagai batas acceptable daily intake  ( ADI ) adalah sekitar 25 ppm kebawah. Hal ini sesuai  The International for occupational safety and healt  atau  NIOSH ( 2002 ) yang menyatakan bahwa formaldehid atau formalin yang brbahaya bagi kesehatan  adalah pada kadar 20 ppm. 








BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa paparan formaldehid dalam makanan tikus tanpa suplementasi yogurt dapat menurunkan kadar GSH, kadar MDA dan kerusakan jaringan hepar, sesuai dengan dosis yang diberikan, terutama pada dosis 25 ppm paparan formaldehid, karena dapat menaikkan kembali kadar GSH sama dengan kontrol.

Paparan formaldehid  dalam makanan tikus dengan suplementasi yogurt, dapat mencegah penurunan secara drastis kadar GSH, dan dapat mencegah produksi  MDA secara berlebihan, dapat memperbaiki kerusakan jaringan hepar, terutama  pada dosis 25 ppm, karena dapat menurunkan  kembali kadar MDA sama   dengan kontrol.
                  


















 



No comments:

Post a Comment

TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA